Morowali Utara,– Warga desa Tokananaka, Kecamatan Bungku Utara, Kabupaten Morowali Utara (Morut), khususnya para nelayan, mengeluhkan dampak yang ditimbulkan oleh aktivitas kapal-kapal milik perusahaan tambang yang melintas di wilayah mereka.
Kepala Desa Tokananaka, Asrar Sondeng, mengungkapkan bahwa keluhan ini sudah berlangsung sejak lama, namun hingga kini belum ada tindakan konkret dari pihak terkait untuk mengatasi masalah yang mereka hadapi.
Menurut Asrar Sondeng, setiap hari ada 5 hingga 6 kapal pontong yang melewati perairan sekitar desa mereka. Bahkan, pada hari-hari tertentu, jumlah kapal yang melintas bisa melebihi 10 unit. “Itu mempengaruhi sekali hasil nelayan,” ujar Asrar dalam sebuah wawancara pada 22 Maret 2025.
Dampak dari aktivitas kapal-kapal tersebut dirasakan langsung oleh masyarakat, terutama para nelayan yang bergantung pada hasil laut untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Masalah yang dihadapi oleh nelayan Tokananaka bukan hanya soal banyaknya kapal yang melintas, tetapi juga mengenai ketidakpedulian pihak perusahaan terhadap kondisi yang dialami oleh masyarakat setempat. Kepala Desa Tokananaka juga menambahkan bahwa tim yang turun ke desa mereka untuk mengambil sampel air laut tidak memberikan hasil yang memadai atau bisa memberi harapan bagi warga.
“Tim yang turun ambil sampel juga tidak ada hasilnya. Desa Tokananaka ini berada di ring 1 lingkar perusahaan tambang, tetapi kami tidak pernah dapat CSR dari perusahaan,” tegasnya.
Keluhan ini semakin diperburuk dengan kenyataan bahwa meskipun berbagai protes telah dilayangkan sejak tahun 2022, baik secara langsung kepada perusahaan maupun melalui pertemuan dengan para legislator, tidak ada respons yang memadai. Warga merasa bahwa hak-hak mereka diabaikan, sementara dampak negatif terhadap sumber daya alam dan mata pencaharian mereka semakin terasa.
Salah seorang nelayan setempat, Ahludin, juga mengungkapkan keluhan serupa saat tim investigasi media turun ke desa Tokananaka pada Februari 2022. “Banyak sekali kami punya rompong, tapi kapal perusahaan yang lalu lalang itu selalu tarik kami punya rompong. Sangat menurun sekali penangkapan ikan sekarang hasilnya. Sedangkan untuk makan saja susah. Apalagi baru-baru ini ada pembongkaran baru bara, dia punya dampak sangat besar. Malam apa itu hujan deras, memang minyaknya jatuh ke laut, jadi lautnya kami di sini berminyak,” ungkap Ahludin dengan penuh keprihatinan.
Menurut Ahludin, kondisi ini sangat mempengaruhi pendapatan mereka sebagai nelayan. Selain itu, pencemaran minyak di laut semakin memperburuk kualitas perairan, yang berdampak pada kehidupan laut dan mata pencaharian mereka. “Kami sudah sangat terganggu dengan kondisi ini, dan kalau ini terus berlanjut, kami tidak tahu lagi harus bagaimana,” tambahnya.
Masyarakat Tokananaka berencana untuk menggelar aksi demonstrasi pasca Idul Fitri nanti sebagai bentuk protes atas ketidakpedulian pihak perusahaan dan pemerintah terhadap kondisi yang mereka alami. Aksi ini bertujuan untuk menarik perhatian pihak-pihak terkait agar segera mengambil langkah nyata untuk menyelesaikan masalah yang sudah berlangsung cukup lama ini.
Sejumlah pihak terkait, seperti Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Morowali Utara, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Morut, serta pihak Syahbandar Kolonodale, turut disorot dalam kaitannya dengan aktivitas kapal di perairan Teluk Tomori. Aktivitas kapal perusahaan yang terus berlangsung tanpa adanya perhatian terhadap dampak lingkungan dan sosialnya semakin memicu ketegangan antara masyarakat dan pihak terkait.
Selain masalah kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh aktivitas kapal, para nelayan juga mendesak agar perusahaan tambang yang beroperasi di wilayah tersebut memenuhi tanggung jawab sosialnya dengan memberikan bantuan yang nyata, baik dalam bentuk CSR (Corporate Social Responsibility) maupun upaya pemulihan lingkungan yang terdampak. “Kami ingin perusahaan bertanggung jawab atas kerusakan yang terjadi dan tidak hanya fokus pada keuntungan mereka,” tegas Kepala Desa Asrar Sondeng.
Dalam menanggapi hal ini, berbagai pihak berharap agar perusahaan dan pemerintah segera duduk bersama untuk mencari solusi yang saling menguntungkan bagi semua pihak, khususnya bagi masyarakat desa Tokananaka yang kehidupannya sangat bergantung pada sumber daya alam yang ada di sekitar mereka. Upaya ini diharapkan dapat mencegah ketegangan lebih lanjut dan memastikan keberlanjutan kehidupan nelayan yang ada di Teluk Tomori.
Masyarakat Tokananaka berharap, aksi yang direncanakan dapat membawa perubahan dan memberi tekanan pada pihak-pihak terkait untuk memberikan perhatian lebih terhadap nasib mereka. “Kami hanya ingin hidup dengan tenang, seperti dulu, tanpa khawatir hasil laut kami terganggu dan laut kami tercemar,” ujar salah seorang nelayan dengan penuh harap.
Ke depan, diharapkan ada keseriusan dari semua pihak dalam menyelesaikan permasalahan ini demi terciptanya keadilan sosial dan lingkungan yang berkelanjutan di kawasan Teluk Tomori.
Komentar