MORUT- Seorang calon pendeta cantik yang adalah anak asli desa Peleru ciptakan lagu di Hari Jadi desa Peleru yang ke-100 tahun. Ia juga menjadi juara 1 Solo saat kegiatan Hari jadi desa Peleru.
Febryanti Tamuni atau Feby mahasiswi STT Tentena yang berusia 21 tahun yang bangga dengan desanya. Melaksanakan tugas kuliah dengan berkarya lewat lantunan bahasa Pamona berjudul Lipu Peleru atau Kampung Peleru.
Feby mengisahkan bagaimana sampai ia termotivasi membuat lagu sendiri.
“Sebenarnya saya sudah lama merencanakan untuk membuat lagu ini sekitar beberapa bulan yang lalu dari awal tahun 2024, cuman karena beberapa hal dan kesibukan lainnya saya baru bisa menyelesaikannya dua hari yang lalu.
Yang menginspirasi saya untuk membuat lagu ini, lagu yang berjudul “Lipu Peleru” adalah karena sebuah tugas yang saya buat, dalam mata kuliah yang saya ampuh tentang sejarah desa Peleru.
Sedikit profil dari saya, saya adalah mahasiswa di STT GKST TENTENA, program studi S1 Teologi. Dalam saya melakukan perkuliahan di STT GKST TENTENA ada salah satu mata kuliah yang saya ampuh, yaitu mata kuliah sejarah kekristenan, dalam mata kuliah sejarah kekristenan pada akhir semester, dosen pengampu dalam mata kuliah itu memberikan tugas kepada kami untuk membuat sebuah tulisan, tentang sejarah gereja atau sejarah desa.
Saya adalah orang Peleru, dan tentunya dalam tugas ini saya membuat tugas akhir, mengambil sejarah gereja atau sejarah yang ada di Desa Peleru. Dan dalam tugas ini saya mengangkat sebuah judul “KONFLIK TAK MUDAH MEMISAHKAN DALAM SEJARAH DESA PELERU”. Di dalam tulisan itu menceritakan desa Peleru yang dulunya terjadi konflik, yang membuat semua masyarakat tidak mungkin akur lagi, dan ternyata seiring berjalannya waktu, dengan mengalami beberapa hal, masyarakat desa Peleru kembali akur serta hidup rukun dan damai.
Dan pada akhirnya saya berinisiatif untuk membuat sebuah lagu yang berjudul “LIPU PELERU” karena saya juga memang sangat suka bermusik. Saya berpikir mungkin melalui sebuah lagu yang saya buat ini, saya dapat memperkenalkan kepada semua orang, Desa Peleru yang sekarang.
Walaupun banyak perbedaan suku dan agama, semua masyarakat yang ada di Peleru hidup rukun dan damai dan saling membantu.
Semua orang di luar sana bisa tau bahwa Desa Peleru tidak sama dengan yang dulu lagi. Dan pada bulan 6 kemarin saya sudah merencanakan untuk membuat lagu ini agar cepat selesai, sebelum hari ulang tahun desa Peleru yang ke 106 tahun. Dan Saya berencana lagu ini adalah hadiah saya untuk desa Peleru dan semua masyarakat Desa Peleru.
Karena ini adalah salah satu ungkapan rasa syukur saya kepada Tuhan atas semua yang telah di berikan, dan saya sangat bangga menjadi bagian dari Desa Peleru.
Di saat saya membuat lagu ini saya meminta sedikit bantuan kepada Papa saya yang bernama Bapak Molionda Tamuni. Dan saya meminta bantuan kepada GP.PRODUCTION158 saudara Glandy Nugraha Sialla, untuk membuat musiknya, setelah itu pada tanggal 6 juli saya melakukan rekaman suara dan musik untuk menyelesaikan karya saya.
Saya juga menyampaikan terima kasih kepada Bapak Kepala Desa Peleru Arman Amrullah dan ibu Ketua PKK, ibu kami tercinta Milda Lamatta. Yang senantiasa mendukung generasi muda khususnya anak-anak desa Peleru,”tutup Feby.
Komentar