Warda Dg Mamala, Kartini Morowali Utara, yang Menggerakkan Perubahan dan Keadilan

BERITA MORUT905 views

Morowali Utara – Bila membicarakan sosok politisi perempuan paling berpengaruh di Morowali Utara (Morut), satu nama yang muncul di urutan teratas adalah Warda Dg Mamala, SE. Perjalanan panjangnya di dunia politik bukan hanya menjadi catatan sejarah bagi masyarakat Morut, tetapi juga menjadi inspirasi bagi kaum perempuan yang ingin terlibat dalam pengambilan kebijakan publik.

Empat periode duduk sebagai legislator, bahkan sejak Morowali Utara masih menjadi bagian dari Kabupaten Morowali, telah mengukuhkan dirinya sebagai figur yang tidak hanya disegani, tetapi juga dipercaya publik. Tak berlebihan jika kemudian Warda Dg Mamala disebut sebagai Kartini masa kini di Morut.

Saat ini, Warda Dg Mamala memegang dua tonggak penting dalam dunia politik lokal: Ketua DPRD Morowali Utara dan Ketua DPD II Partai Golkar Morut. Di bawah kepemimpinannya, Partai Golkar berhasil menunjukkan stabilitas dan kekuatan politik yang konsisten. Dua periode berturut-turut—2019-2024 dan 2024-2029—partai berlambang pohon beringin ini berhasil meraih tujuh kursi di DPRD Morut. Sebuah capaian yang bukan hanya menunjukkan kekuatan partai, tetapi juga kecakapan Warda dalam merawat basis dan memperluas pengaruh politiknya.

Namun, menjadi pemimpin partai dan ketua lembaga legislatif tentu bukan perkara mudah. Tumpukan agenda, dinamika politik lokal, dan tuntutan masyarakat harus dikelola dengan cermat. Di tengah padatnya agenda itu, Warda tetap membuka ruang bagi suara masyarakat melalui mekanisme rapat dengar pendapat (RDP) yang kerap ia dorong sebagai bagian dari prinsip keterbukaan dan akuntabilitas.

Kepemimpinan Warda Dg Mamala tidak hanya tercermin dari hasil politik semata, tapi juga dari cara ia mengelola relasi antarlembaga dan antaranggota dewan. Sekat-sekat kepentingan politik yang seringkali menjadi batu sandungan dalam proses legislasi, mampu ia cairkan dengan pendekatan kolegial dan komunikasi yang egaliter. Sosoknya menjadi simbol pemersatu di DPRD Morowali Utara, menguatkan fungsi legislatif sebagai wadah representasi rakyat, bukan sekadar arena perebutan kekuasaan.

Salah satu pencapaian besar Warda Dg Mamala yang patut dicatat adalah keberhasilannya mendorong realisasi kompensasi bagi masyarakat nelayan di wilayah Teluk Tomori. Isu ini telah lama diperjuangkan oleh masyarakat pesisir, khususnya para nelayan yang tergabung dalam organisasi Persatuan Nelayan Teluk Tomori (PNTT), yang selama ini terdampak oleh aktivitas kapal tongkang perusahaan tambang yang melintasi laut mereka.

Setelah serangkaian Rapat Dengar Pendapat, termasuk yang terakhir digelar pada Kamis, 17 April 2025, akhirnya belasan perusahaan tambang menyepakati pemberian dana kompensasi kepada nelayan dari tiga kecamatan: Petasia, Soyojaya, dan Bungku Utara. Keputusan ini menjadi kemenangan moral dan material bagi masyarakat, sekaligus menjadi bukti konkret bahwa suara rakyat tidak selalu kandas di tengah kepentingan modal, selama ada keberanian dan komitmen pemimpin yang berpihak kepada rakyat.

Di tengah keberhasilannya memimpin dan menjadi pelopor perubahan, Warda tidak melupakan akar ideologisnya sebagai perempuan yang terinspirasi oleh sosok Raden Ajeng Kartini. Baginya, Kartini bukan hanya pahlawan emansipasi, tapi juga simbol kekuatan dan kecerdasan perempuan dalam memimpin.

“Ibu Kartini adalah simbol kepemimpinan perempuan, yang harus diteladani oleh semua perempuan Indonesia masa kini,” ujarnya saat diwawancarai dalam peringatan Hari Kartini tahun ini.

Warda Dg Mamala telah membuktikan bahwa perempuan bisa menjadi pilar utama dalam politik lokal. Tidak hanya piawai dalam berpolitik, ia juga menunjukkan kepemimpinan yang humanis dan progresif. Dari ruang sidang DPRD hingga ke pesisir Teluk Tomori, ia hadir sebagai penggerak perubahan.

Di tengah arus politik yang sering kali keras dan penuh tarik-menarik kepentingan, Warda tetap menjaga nurani kepemimpinan. Ia bukan hanya pemimpin, tapi juga teladan—sebuah sosok Kartini dari Morowali Utara yang membawa suara rakyat ke jantung pengambilan keputusan.

Komentar