MORUT- Postingan disalah satu grup WA pagi ini (22/2) terasa mendalam : Anak penjual koran jadi sarjana. Postingan ini dilakukan Marson Kasio menjawab pertanyaan kawan kawan jurnalis di Morowali Utara mengapa dirinya berada di Palu yang nota bene bukan menjadi wilayah kerjanya.
Markas demikian panggilan akrab dikalangan kawan kawannya, sejak tahun 2014 menjadi wartawan cetak media lokal di Kabupaten Banggai dengan tugas utamanya di Kabupaten Banggai Kepulauan dan Banggai Laut.
Kondisi media cetak di daerah membuat Markas juga merangkap menjadi loper koran dari desa ke desa di dua kabupaten tersebut.
Tahun 2018, kebutuhan hidup yang terus bertambah karena anak pertama di terima di Fakultas Farmasi Universitas Tadulako. Kondisi ini membuat Markas melebarkan sayap penjualan koran ke Kabupaten Morowali Utara yang jaraknya 8 jam perjalanan laut (4 jam Banggai Kepulauan – Banggai, 4 jam Siliti – Kolonodale) dan perjalanan darat 5 jam.
Tidak terhitung desa desa di Morowali Utara baik yang berada daratan Petasia hingga ke Lembo dan desa desa yang berada diseberqng lautan (istilah masyarakat Kolonodale) yang harus dijelajahi demi terjualnya media dan karya jurnalistik yang dilakukakannya.
Perjuangan yang dilakukan selama kurang lebih enam tahun terbayar lunas hari ini. Vini Sindi Karolina menjadi salah satu wisudawan dari 1485 wisudawan / wisudawati Universitas Tadulako pada Wisuda ke 122.
Vini menuntaskan kuliah S1 Farmasi setelah berjuang selama enam tahun. “Normalnya empat tahun. Tapi tahun 2018 itu Palu gempa, baru ada peristiwa covid. Puji Tuhan anakku sekarang sudah selesai. Ini tentu belum seratus persen dalam hidupnya, karena tantangan berikutnya sudah menanti. Apapun itu saya bersyukur anak penjual koran bisa jadi sarjana,” kata Marson yang menghadiri wisuda dari Banggai Kepulauan bersama istri, Sepriana Weserlin.
Komentar