Terpikat Visi Misi Delis-Djira, Daeng Di Gontara Berharap Ada Guru Agama Islam Ke Depan
Gontara, Morowali Utara- Di kampung Gontara dikenal dengan nama Pak Daeng. Rumahnya tepat di ujung kampung Gontara, Kecamatan Mori Atas. Agak terpencil, Tepat di pertigaan.
Begitu ia mengawali perkenalan dirinya di depan massa yang menghadiri kampanye pasangan dr Delis dan H. Djira di Desa Gontara beberapa hari lalu yang berlangsung ramai dan meriah.
Ia adalah orang beragama Islam pertama masuk Gontara pada 2004. Lelaki ini datang dari Sulsel, Tanah Bugis. Saat ini, komunitas orang orang Bugis di Gontara sudah sekitar 30 kepala keluarga. Beberapa tahun lalu, ia membentuk Komunitas Keluarga Bugis (KKB) sebagai forum persaudaraan keluarga bugis di tanah rantau.
Ia kemudian menceriterakan bahwa selama hidupnya mengikuti pemilihan Presiden, legislatif maupun pemilihan gubernur dan bupati/wali kota, ia tidak pernah lalai mendatangi TPS.
“Tapi di bilik suara, semua kertas suara saya coblos. Artinya tidak ada kertas suara saya yang sah. Semua rusak. Bahkan pada pemilihan kepala desa juga saya begitu,” ujar pak Daeng yang membuat hadirin terdiam.
Kenapa begitu? Karena tidak ada figur yang saya percaya dan saya nilai mampu serta memiliki kepedulian terhadap daerah. Begitu juga dalam menghadapi Pilkada Morowali Utara 2020 ini.
“Entah sudah berapa orang yang singgah di rumah dan bertanya kepada saya; Pak Daeng ini mendukung siapa dalam pilkada. Saya cuma jawab tidak ada,” ujarnya.
Lantas, katanya, beberapa hari sebelum kampanye pak dokter di Gontara, saya mendapatkan brosur ini. Ia kemudian memperlihatkan brosur bergambar Delis-Djira yang berisi visi-misi D1A.
“Saya baca dengan teliti satu-persatu semua poin dalam visi misi ini. Semua poin mengena di hati saya pak. Ini yang saya damba-dambakan. Semua menawarkan jalan keluar untuk persoalan masyarakat, terutama yang tidak mampu ekonominya,” ujarnya.
Khusus di bidang pendidikan, ia berharap dokter Delis bila terpilih menjadi bupati nanti, tolong supaya ada guru agama Islam di Gontara.
Ia mengungkapkan bahwa selama ini, putrinya yang muslim terpaksa harus mengikuti pelajaran agama Kristen agar bisa mendapat nilai mata pelajaran agama.
“Sekarang, hati saya sudah bulat, akan mencoblos dr. Delis pada 9 Desember nanti,” kata pak Daeng yang memiliki usaha perbengkelan itu dan disambut tepuk tangan hadirin.
Program-program pak dokter untuk rakyat Morut mengena di hati, mudah dipahami dan kami yakin hanya dokter yang sanggup membuat perubahan besar dan cepat untuk daerah ini, katanya pak Daeng lagi.*(red)
Komentar