MOROWALI UTARA- Aktifitas Bongkar muat kapal PT. Gunbuster Nickel Industri (GNI) yang terjadi di seputaran desa Tokananaka kecamatan Bungku Utara kabupaten Morowali Utara (Morut) telah mengakibatkan rusaknya rompong nelayan.
Kamis 23 Desember 2021 tim media bersama warga sekitar memantau aktifitas 2 kapal yang parkir di seputaran laut Tokananaka. Ombak yang kencang membuat tim susah mendekati kapal yang setiap saat melintas di laut Tokananaka ini.
“Kapal ada 2 ini, ini kapal satu baru masuk tadi biasa sampai 1 minggu. Belum yang lain kesana kemari ba tarik, jadi rompong nya masyarakat habis. Kalau memang perusahaan memperhatikan masyarakat Tokananaka, ada dampak bagi masyarakat, tolong turun sosialisasikan mengenai AMDAL, tentang dampak. Masyarakat Tokananaka 90% adalah nelayan. Kapal ini akan melakukan pembongkaran di perusahaan PT. GNI. Kami desa terdampak yang ada di wilayah lingkar tambang belum pernah sekali pun tersentuh bantuan sejak perusahaan ini ada,” Ujar Din salah satu nelayan (23/12)
Nelayan ini juga mempertanyakan bantuan bibit lobster dari perusahaan yang di suarakan oleh DPRD Morut yang justru tidak menyentuh mereka.
Sebelumnya, Camat Bungku Utara, Kepala desa Tokananaka dan sejumlah petani berupaya bertemu DPRD Morut dan Pemerintah Daerah, namun hasilnya hanya isapan jempol belaka. Upaya pertemuan ini pernah terjadi tepat hari selasa 18 Mei 2021 di Kolonodale,
Saat itu kepala desa Tokananaka Asrar Sondeng mengungkap keluhan para nelayan nya,
“Jadi tahun 2020 kami minta di kompensasikan desa dilingkar Tambang, karena kami salah satu desa yang terkena dampak bagi aktiivitas bagi jalur kapal dan pelabuhan kapal di seputaran desa Tokananaka, kami kemarin sempat dimediasi oleh pihak syahbandar dan PT. GNI serta pihak Polsek Petasia. Hasil keputusan lalu saya meminta pihak perusahaan salah satu desa yang boleh dibilang 99% masyarakat nelayan.Jadi kemarin tuntutannya kami, kami minta pihak perusahaan memfasilitasi kami bagang 25 juta, rompong 15 juta per 1 unit, dan dikompensasikan kepada masyarakat saya 2.500.000 per bulan. Itu sekedar usulan, 136 KK saya ada masukan itu.Jadi kemarin diberikan kami kesempatan untuk menunggu hasil, karena menurut mereka akan dilaporkan ke atasan atau bos mereka di pusat. Dan kami dijanji 3 minggu, sampai sekarang ini tidak ada hasilnya. Makanya dengan adanya pergeseran kapal ini yang memang kami merasa menganggu aktivitas kami sebagai masyarakat nelayan, khususnya nelayan bagang, makanya kami tadi, melakukan kunjungan ke DPRD untuk bagaimana meminta pertimbangan dalam meminta membantu kami dalam menyelesaikan permasalahan tuntutan kami itu. Saat ini kapal bergeser memasuki wilayah operasional nelayan bagang, yang otomatis mempengaruhi pekerjaan nelayan,” ujar Asrar Sondeng Kades Tokananaka via telpon (18/5).
Kini di penghujung tahun 2021, nelayan Tokananaka kembali mengeluh. Tidak adanya perhatiaan semua pihak atas apa yang dirasakan para nelayan hari ini. **
Komentar