MORUT- Lima bulan lalu Kepala Desa Peleru Arman minta waktu bertemu. Ternyata Arman sedang mencari solusi bagaimana memanfaatkan lahan ‘nganggur’di desanya.
Singkat kata kami kemudian sepakat akan mengupayakan jenis komiditi jagung yang akan kita berdayakan sesuai dengan kultur petani setempat.
Diskusi berikutnya bagaimana kalau pemberdayaan masyarakat ini bisa menjadi ‘sesuatu’ keluar dari kebiasaan terhadap ketergantungan bibit dan pemeliharaannya.
Setelah diskusi dengan banyak pihak akhirnya kita mulai dengan lahan 3 hektar yang dikelolah beberapa warga.
Hari ini (3/8) saya kembali bertemu dengan kades dan beberapa warga yang mengelolah lahan seluas tiga hektar tanaman jagung. Dari percakapan kami, PPL Desa Peleru, Otniel memastikan benih dari panen perdana nanti bukan hanya mencukupi kebutuhan lahan lahan jagung masyarakat di Desa Peleru, tapi bisa untuk dilempar keluar Peleru.
“Tapi kita harus minta legalitas benih kami ini untuk disebar, karena yang diberikan kementan RI ini adalah label putih, artinya bisa menjadi benih sampai dua kali penanaman berikutnya,” jelas Otniel.
Arman selaku kepala desa Peleru juga menyiratkan hal serupa. “Ini akan menjadi semangat petani petani di desa kami atas apa yang sudah mereka kerjakan. Selain itu kami juga membuktikan bahwa jika dikerjakan sungguh sungguh hasilnya pasti tidak mengkhianati hasil,” katanya sambil memperlihatkan jagung sebatang terdiri atas dua tongkol dengan ukuran besar dan padat bijinya.
Keinginan tersebut direspon Kadis Pertanian Propinsi Sulawesi Tengah, Nelson Metubun, dengan meminta Badan Pengawasan Sertifikasi Perbenihan segera melakukan pendampingan terhadap kerja kerja petani di Desa.
“Saya teruskan ke BPSB bang biar dikawal sejak awal supaya pas kita sebar nanti bisa dikeluarkan labelnya,” respon cepat Nelson saat dihubungi lewat WA.
Atas respon ini, Kades Arman bersama PPL Otniel meminta petani tidak bertindak sendiri sendiri menjual hasil panennya nanti. “Jadi tidak ada lagi yang dijual perkarung, tapi kita akan buat kemasan dengan label nama Peleru nantinya. Yang jelas ini harus menjadi sejarah buat kita semua di Morowali Utara,” pinta Arman dan Otniel.
Reporter: Ciprianus
Komentar