oleh

Ironi Penanganan Sampah di Morowali Utara.

OPINI: IRONI PENANGANAN SAMPAH DI MOROWALI UTARA.

Penulis: Hendly Mangkali

Bila kita mau berdiskusi mengenai permasalahan lingkungan tentu tidak akan ada habisnya, terutama yang disebabkan oleh timbunan sampah plastik. Pada era modern sekarang ini, gaya hidup orang modern cenderung memiliki ketergantungan terhadap barang berbahan dasar plastik.

Aktivitas masyarakat kita yang sering menggunakan bahan-bahan plastik, tidak bisa sejalan dengan kesadaran masyarakat dalam membuang sampah plastik.

Persoalan ini juga menjadi salah satu permasalahan serius di Kabupaten Morowali Utara. Jumlah penduduk yang kian bertambah dengan adanya sejumlah perusahaan. Tidak diimbangi upaya pengurangan sampah. Sementara Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sifatnya hanya sementara dan tidak ada solusi yang cepat untuk menambah area.

Semua upaya terus dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Morowali Utara, bahkan para pecinta lingkungan turut andil berperan besar, dalam edukasi kepada masyarakat.

Hingga kegiatan sosialisasi dan bakti sosial pungut sampah di Tanggul Kolonodale dan sekitarnya di gagas untuk menyelamatkan lingkungan, membersihkan laut wilayah Tanggul dan sekitarnya. Patut di apresiasi langkah ini.

Kegiatan bakti sosial ini sangat baik. Namun langkah ini ironis bila tidak bisa secara menyeluruh. Di wilayah Tanggul bahkan sampah dilaut di kumpulkan oleh para pecinta alam dan masyarakat. Sementara di TPA Lambolo sampah dibuang di jurang laut, yang akhirnya juga terjadi tumpukan sampah dilaut.

Fakta ini membuat kita tentu sangat prihatin. Segala upaya dari berbagai pegiat atau aktivis lingkungan menjadi terlihat akan sia-sia. Sebab persoalan sampah adalah tanggung jawab semua pihak.

Sampah plastik di laut tidak hanya tergenang di tengah lautan yang luas saja, ekosistem mangrove yang terdapat di pinggiran pantai juga terganggu oleh adanya sampah plastik. Plastik yang tersangkut di akar mangrove menyebabkan mangrove tidak bisa bernapas dan mengganggu pertumbuhannya.

Sementara salah satu destinasi andalan kita adalah Hutan Mangrove yang ada di desa Koya. Yang tentu harus dijaga tidak rusak akibat sampah plastik.

Persoalan lain anggaran yang rendah menjadikan sampah melimpah. Kekurangan armada DLH Morut jadi persoalan. Hanya 3 armada pengangkut sampah. Mobil dump truck pengadaan tahun 2018 yang ada bahkan susah payah melalui jalan Ganda-ganda yang rusak, untuk mengangkut sampah. Sehingga optimal dalam satu hari hanya bisa 2 kali pengangkutan.

Semua pihak harusnya membuka mata. Jika tidak segera ditangani serius, maka persoalan sampah akan semakin sulit di atasi. Lingkungan akan semakin rusak dan kesehatan masyarakat akan terganggu akibat tumpukan sampah.

Komentar

News Feed