Opini: Penggunaan Gelar Tanpa Sekolah Merusak Entitas Pendidikan

SERBA SERBI624 views

Opini: Penggunaan Gelar Tanpa Sekolah Merusak Entitas Pendidikan

Bapak Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantoro Mengatakan “Dengan adanya budi pekerti, tiap-tiap manusia berdiri sebagai manusia merdeka (berpribadi), yang dapat memerintah atau menguasai diri sendiri. Inilah manusia beradab dan entitas maksud dan tujuan pendidikan dalam garis besar”

Saya mengawali tulisan ini dengan pesan Bapak Pendidikan Nasional di tengah hiruk pikuk Pilkada serentak yang 35 hari lagi akan di gelar,

karena ada dugaan seorang calon pemimpin pernah menggunakan gelar Magister (S2) palsu adalah sebuah catatan kusam yang menerpa dan mengiris-iris dunia pendidikan.

Ahlak adalah pondasi paling hakiki yang harus jadi pedoman seorang pemimpin bisa membawah Daerah lebih baik lagi. Maka ahlak yang baik dari seorang calon pemimpin menentukan kemana daerah ke depan.

Bukan sekolah tinggi atau pendidikan yang tinggi yang dibutuhkan, tetapi ahlak baik yang tinggi yang mampu menempatkan seorang pemimpin, sebab ibarat bagian tubuh seperti otak, pemimpin adalah pusat pengendali, semua masyarakat akan dipengaruhi oleh pemikiran dan kebijakannya. Jika pemimpin baik maka energi kebaikan yang akan memancar, sebaliknya jika pemimpin sudah merosot moralnya, maka akan terjadi hal yang sama di Masyarakat.

Jika dalam menulis nama dan gelar saja, dalam menulis kata saja seorang pemimpin ataupun bagian-bagian terdekatnya seperti keluarga, relawannya sudah memperlihatkan ketidak jujuran, maka FATAL jika ia menjadi pemimpin. Tentu pada semua hal bahkan menyangkut nilai sudah pasti tidak akan jujur juga.

Hingga hari ini 4 november 2020, atau tepatnya 35 hari jelang penentuan pemilihan, siapa yang akan menjadi pemimpin kita pada 09 Desember 2020 adalah momentum untuk menyampaikan bahwa dari sekolah seorang bisa jadi presiden, jadi Mentri dan lainnya,

Jadi pengusaha, jadi dokter, jadi Pilot, jadi TNI, jadi POLRI, jadi perawat, mereka yang memiliki keahlian lewat akademik yang kemudian berhak untuk menggunakan identitas gelar sarjana, magister, doktor, profesor dan lainnya.

Sehingga sekolah atau dunia pendidikan harus terus di hormati sampai kapan pun oleh kita semua saat ini.

“Ing ngarsa sung tulada, Ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani”

Setiap calon pemimpin adalah guru, setiap pasangan adalah sekolah bagi kita.*(HM)

Komentar